Mewakili MAN 2 Nganjuk, Inilah Putri Petani yang Kibarkan Merah Putih di Gelora Bung Karno




Nganjuk, koranpatroli.com – Senyum bangga tak bisa disembunyikan dari wajah Alfinatuz Zahro’, siswi kelas 11D MAN 2 Nganjuk. Di usianya yang baru 16 tahun, putri pasangan petani sederhana, Musadi dan Siti Juariyah, ini sukses menjadi bagian dari Pasukan 45 Paskibraka Kabupaten Nganjuk dalam peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, Minggu (17/8/2025) di Gelora Bung, Nganjuk.

Bagi Zahro’, momen itu adalah pengalaman berharga sekaligus bukti bahwa kerja keras dan keberanian mampu mengubah keraguan menjadi kebanggaan.

Dari Ragu Menjadi Percaya Diri
Proses seleksi dimulai sejak 1 Agustus. Rangkaian tes meliputi pembentukan formasi, penilaian fisik, kelengkapan administrasi, tes wawasan kebangsaan, hingga kemampuan Peraturan Baris Berbaris (PBB). Zahro’ sempat ragu apakah ia mampu bersaing, namun dukungan orang tua dan guru membuatnya berani mencoba.
“Awalnya saya tidak yakin bisa lolos, tapi alhamdulillah bisa dipercaya menjadi bagian dari Pasukan 45. Apalagi posisi saya di barisan depan, itu benar-benar pengalaman luar biasa,” ungkapnya penuh semangat.

Sebagai barisan depan, Zahro’ bertugas mengatur tempo langkah, menjaga jarak, dan memastikan keselarasan gerakan 45 anggota lainnya. Tanggung jawab itu ia jalani dengan penuh disiplin.

Kebanggaan yang Tak Terlupakan
Meski orang tua tidak bisa hadir saat upacara berlangsung, mereka tetap memberi dukungan penuh sejak awal. Saat momen pengukuhan, ayah dan ibunya hadir dengan pesan sederhana namun penuh makna.
“Semangat, ini masih pengibaran. Kalau bisa sukses, jangan sampai jadi cadangan,” kenang Zahro’ menirukan pesan orang tuanya.

Ketika upacara selesai, kebahagiaan Zahro’ semakin lengkap karena ia mendapat kesempatan bertemu langsung dengan Bupati Nganjuk, Marhen, serta wakil bupati. Sang bupati menyampaikan pesan singkat penuh motivasi: “Semangat, kalian sudah sukses. Jangan berhenti sampai di sini, masa depan kalian masih panjang.”

Selain piagam penghargaan, Zahro’ juga memperoleh uang saku sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya.

Apresiasi dari Madrasah
Kepala MAN 2 Nganjuk, Kasnan, menyampaikan rasa bangga atas capaian siswinya.
“Alfinatuz Zahro’ adalah contoh nyata bahwa latar belakang bukan penghalang untuk berprestasi. Dengan semangat dan disiplin, ia mampu mengharumkan nama madrasah dan daerah. Semoga prestasi ini menginspirasi siswa-siswi lainnya,” tegas Kasnan.

Cita-Cita yang Membawa Harapan
Meski kini ia telah mencatat prestasi membanggakan, Zahro’ tetap memandang ke depan dengan rendah hati. Ia bercita-cita menjadi apoteker, profesi yang menurutnya bisa memberi manfaat luas bagi orang banyak.
“Pengalaman ini memberi saya semangat baru. Saya ingin membuktikan bahwa siapa pun bisa bermimpi besar, asal berusaha keras dan percaya diri,” ujarnya mantap.

Kisah Zahro’ adalah potret sederhana remaja desa yang mampu menembus batas keraguan. Dari anak petani yang tumbuh dengan kesederhanaan, ia kini berdiri tegak di lapangan kehormatan, mengibarkan Merah Putih dengan penuh kebanggaan.

Bagi generasi muda, perjalanan Zahro’ menjadi pengingat: mimpi tak pernah mengenal batas. Dengan kerja keras, disiplin, dan doa orang tua, setiap langkah kecil bisa mengantarkan pada pencapaian besar. 


Editor : Ester Mardiana. P


No comments

Powered by Blogger.