KEGIATAN DPMD KABUPATÉN BANDUNG BARAT GELAR LOMBA POSYANDU TINGKAT KABUPATÉN

 

Ngamprah, Bandung barat_koranpatroli.com

Acara kegiatan lomba posyandu tingkat kabupatén Bandung barat, yang di ikuti 16 kecamatan, yang di wakili juara 1 kecamatan 1 desa berlangsung meriah, dan berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Kegiatan tersebut terpantau awak media PATROLI pada hari selasa (16/03/21) yang bertempat di gedung HBS cimareme dengan di hadiri Kabid kelembagaan DPMD (Dewi ahandani), para camat, kasi PMD, juga wakil dari tiap desa yang berlomba.

Menurut Kabid kelembagaan DPMD Dewi ahandani saat di wawancara awak media beliau menerangkan.

 "Kenapa Posyandu kita laksanakan tiap tahun karena memang ada dasarnya dari Permendagri 54 Tahun 2007, dimana disana disebutkan pemerintah daerah wajib membina posyandu. Pembinaan itu sifatnya disamping peningkatan kapasitas, study banding juga Lomba Posyandu merupakan pembinaan dari Kabupaten Bandung Barat terhadap Posyandu yang ada di kecamatan,” jelasnya.

Makanya, sambung Dewi, pihaknya selalu mengadakan lomba Posyandu secara berjenjang mulai dari tingkat desa, tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten.

“Nanti perwakilan desa diajukan ke kecamatan, dari kecamatan diwakilkan ke kabupaten, akhirnya nanti kita akan mempunyai satu juara di tingkat kabupaten untuk di lombakan ke tingkat Provinsi,” ungkapnya.

Lebih jauh Dewi menegaskan bahwa tujuannya sebenarnya pembinaan, lomba itu bukan mencari pemenang, karena pemenang pasti ada secara otomatis tapi intinya adalah bentuk pembinaan, dengan lomba itu mereka jadi termotivasi

“Yang tadinya mungkin sekedar melakukan kegiatan rutinitas, sementara kalau ada lomba karena ada indikator, trus karena ada instrumen yang harus dinilai otomatis kita mengikuti instrumen indikator-indikator maksimalnya,” tuturnya.

Lebih lanjut Dewi menerangkan, pihaknya melihat posyandu itu dari stratanya. Posyandu ada 4 Strata, yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri, yang dilombakan itu tentunya strata paling tinggi yaitu strata Mandiri. Kriteria lainnya adalah Posyandu itu mampu berinovasi, karena kalau lomba tidak ada inovasinya berarti kegiatannya hanya standar saja ya tidak akan menang, karena lomba itu pada prinsipnya harus ada inovasi yang dimunculkan.

“Inovasinya untuk apa, yaitu di Posyandu kan ada 5 pelayanan, inovasinya itu untuk 5 pelayanan tadi diantaranya Imunisasi, KIA, diare, KB dan lainnya, dari kelima langkah ini bagaimana kader untuk mengoptimalkan nilai dari yang 5 langkah ini. Bagaimana nanti imunisasi, kalau imunisasi susah sekarang dengan adanya covid-19, bagaimana sih inovasi kader supaya imunisasi tetap bisa berjalan, KB juga begitu kalau masih takut,” papar Dewi.

 Lanjut Dewi berharap, sebagai SKPD Pembina dari seluruh lembaga kemasyarakatan yang ada di desa tentunya berharap sesuai dengan misi dari gubernur Jawa Barat bahwa Tahun 2023 itu 80 persen Posyandunya harus mandiri.

“Jadi bagaimana optimalisasi dari fungsi kami sebagai pembina untuk mengoptimalkan Posyandu-Posyandu yang ada di Kabupaten Bandung Barat itu stratanya meningkat, disamping itu juga kalau stratanya meningkat otomatis ke bawahnya juga sudah jalan semua karena didalam strata itu ada indikator,” tuturnya.

Didalam strata itu tidak serta merta menentukan Mandiri, Pratama, tentunya ada indikator yang harus ia tempuh, ada indikator yang harus ia capai, nah kalau udah di mandiri itu otomatis indikator-indikator yang maksimal Posyandu itu sudah tercapai, harapannya Posyandu Mandiri.

“Untuk pemenang, karena Bandung Barat spesialis juara, kisaran di peringkat 1 dan 2 semenjak ada lomba Posyandu, beberapa kali menjuarai tingkat nasional. Untuk itu harapan kami tahun ini juga kita bisa membawa lagi nama baik Kabupaten Bandung Barat di tingkat nasional,” harapnya.  

Di tempat terpisah, Rukman Heriana Praktisi Posyandu sebetulnya bandung barat sudah sejak lama sedikit diatas rata-rata yang lain Posyandunya makanya selalu jadi juara, terutama dari segi inovasi itu bagus sekali disini rata-ratanya.

“Mereka sudah banyak pemberdayaan-pemberdayaan masyarakat dengan pihak luar itu hampir tiap posyandu dan desanya berjalan Pokjanya, jadi Sekdes sebagai ketua pokja desa, Sekcam sebagai ketua pokja Kecamatan itu tadi eksposnya bagus-bagus, hanya kadang saya selaku dewan juri di ungkap pada pokoknya jangan sampai inovasinya berkembang tapi stunting semakin banyak,” ungkapnya.


“Tapi Alhamdulillah disini, malah lembang sudah bebas stunting satu kecamatan, itu bagus, itu berarti posyandunya jalan, kalau posyandunya tidak jalan, S nya tidak sama dengan K tidak sama dengan D tidak sama dengan N, itulah yang ketimpangan, bagus Bandung Barat mah,” imbuhnya.

Masih kata Rukman berpesan, 4 poin yang sekarang bermasalah di seluruh indonesia, yang pertama sasaran tidak terjangkau artinya ada yang tidak bisa datang ke Posyandu. 

“Saya sarankan usahakan supaya datang ke Posyandu, diberi balon lah, diberi hadiah lah, sehingga tertarik warga masyarakat itu, jangan sampai ada anaknya 70 yang datang ke Posyandu cuma 20,” harapnya.

Kedua, sambung Rukman, adalah pemberdayaan masyarakat, jangan sampai masyarakat ngakunya Posyandu dari Rakyat, oleh rakyat untuk rakyat, tapi rakyatnya diam saja tidak ikutan. Ketiga persoalan terselesaikan.

“Saya pulang dari Tunisia disana itu kalau ada anak yang tidak naik timbangannya kepala desanya di tegur, apalagi di Belanda naiknya tidak signifikan itu tidak di anggap naik, jadi orang luar negeri lebih maju daripada kita, masa kita begini saja, Keempat seluruh tercover masalah tidak ada pemberdayaan masyarakat sehingga anak indonesia seluruhnya sehat,” pungkasnya.


Jurnalist: Asep cahyana

No comments

Powered by Blogger.